Mittwoch, 8. März 2017

Untersberg, Gunung penuh Mitos dan penaklukannya yang tidak kalah emosianal..

Untersberg dengan tingginya yang hampir 2000m akan selalu "mendampingi" kita selama berada di kota Salzburg dan sekitarnya. Saking besar dan tingginya juga karena letaknya yang strategis rasanya dimanapun kita berada di Salzburg, gunung ini selalu ada disekitar kita, selalu keliatan. Sampe-sampe kepengen banget rasanya untuk bisa mendaki gunung itu.

Hal tersebut tentu saja saya utarakan ke suami. Jawaban dia: "butuh stamina yg sangat bagus untuk bisa mendaki gunung Untersberg. Bukan mau meremehkan, tapi dengan kondisi stamina kamu spt saat ini, susah rasanya utk bisa mendaki ke gunung itu." Titik. Jleb. Sedih ya kalo harus berhadapan dengan realita yg ngga menyenangkan. Tapi mau bilang apalagi, emang bener semua ucapan dia sih.




Walau menyadari 100 persen kondisi saya yang waktu itu sama sekali ngga fit, boro2 untuk daki gunung setinggi itu, hiking yang gampang2 aja rasanya udah mau mati deh hahaha, inget awal-awal pengenalan hiking disini dengan suami dan mama mertua (yang umurnya waktu itu sudah 74 thn) selalu penuh "drama" karena saya ditengah jalan selalu ngambek, kecapean, udah ngga mau jalan lagi, persis seperti anak kecil, sementara mama mertua udah nungguin diatas dengan tidak sabar dan suami yg sepanjang jalan berusaha menenangkan dan memberi semangat supaya saya tidak nyerah.. hahahha, tapi tetep rasa penasaran dan keinginan untuk mendaki gunung yang menurut legenda banyak memiliki mitos ini, rasanya punya magis tersendiri buat saya, semakin melekat dan ngga mengendor sama sekali, bahkan dalam hati saya bilang: suatu hari saya pasti bisa mendaki gunung itu!!.


Waktu berlalu, tahun ke tahun lewat tanpa ada rencana pasti untuk hiking ke Untersberg. Ngga pernah diomongin lagi tuh soal ini, juga ngga ada Training khusus untuk memperbaiki ke fitnes-an saya. Ya, sekedar hiking ke tempat yg itu2 juga (favorit kami ke Fageralm sekitar 800-an meter tingginya karena restoran disana makanannya enak2 dan murah hahaha, juga gunung Gaisberg 1300an meter untuk yg "agak berat" sedikit karena Panorama kota Salzburg dari situ bagus banget)  dan frekwensinya sangat sedikit. Selain itu paling sekedar jalan kaki di sekitar rumah sampe paling jauh ke Maria Plain, dan saya kemana2 selalu pake sepeda, ditambah  latihan angkat beban di rumah. Udah itu aja. Jadi boleh dibilang, ngga usah ngimpi deh untuk hiking kesitu.


Zepperzaunerhaus (1668M) salah satu tempat istirahat enak setelah pendakian yg berat,
dijepret dari stasiun kereta gantung


Tetapi saya tetep ngikutin berita tentang gunung ini. Terutama kalo ada berita orang yg hilang sewaktu hiking disitu. Iya, hilang. Ngga ditemukan mayatnya, seperti hilang ditelen sama itu gunung. Udah beberapa kali kejadian seperti ini. Menurut info dari suami memang banyak gua di gunung ini, juga celah/lubang yang hampir ngga keliatan, jadi harus hati2 kalo jalan disitu. Bukannya tambah takut kesana, malah makin penasaran saya mah hahaha..
Tapi, udah lah gimana mau hiking kesitu, kalo ngga ada persiapan sama sekali, betul ngga?






Ehh dilalah saya sakit berat pula, kanker bo! payudara lagi! whuaahh punah deh impian untuk bisa hiking kesitu. Tahun 2012, tahun perjuangan melawan si kanker. Selama berjuang melawan penyakit di tahun itu, saya aktiv mengikuti pertemuan di organisasi Cancer Care, satu bulan sekali mereka bikin semacam Coffee Meeting, minum kopi, makan kue, sambil Workshop kecil2an  yg berhubungan dengan "hidup dengan kanker". Banyak manfaatnya selain itu juga kenalan dengan sesama temen senasib. Di pertemuan itu lah saya mengetahui bahwa hiking sangat dianjurkan untuk pasien/mantan pasien kanker, karena selain membangun stamina, hiking  juga banyak memberi pengaruh positiv ke kejiwaan pasien.


Singkat cerita, organisasi Cancer Care ini membuat projekt pendakian gunung untuk 8 penderita kanker payudara selama 6 bulan dengan tujuan akhir mendaki salah satu gunung di Salzburg yang punya ketinggian 3000 meter. Gilanya, saya ikut program ini!!! Edan, iya! Ngga masuk akal, iya! Pokoknya NEKAD lah judulnya! hahahaha.

Sebetulnya ngga nekad sih, karena projekt ini serius, didampingi oleh dokter ahli Sport, ahli Psikologi, profesional pemandu hiking. Jadi buat saya kesempatan emas banget, tujuan utama saya adalah hiking didampingi temen2 dan ahlinya. Itu aja. Ngga muluk2 untuk bisa mencapai gunung 3000 meter dalam waktu 6 bulan.


Puncak Geiereck (1805M) yang saya sangka itu puncaknya Untersberg..hiiihihi





Memang pada akhir projekt ini saya tidak bisa ikut mendaki ke ketinggian 3000m, kondisi saya di hari kedua pendakian final itu terlalu lemah dan membahayakan diri sendiri juga temen2 yg lain, karena saat pendakian di hari pertama saya 2x mengalami kram. Jadi diputuskan saya turun gunung bersama satu pembimbing, sementara yg lain lanjut ke puncak. Tapi waktu intensiv hiking setiap minggu bersama mereka selama 6 bulan lamanya memberikan kebahagian tersendiri, juga kepercayaan diri bahwa saya bisa mencapai puncak2 kecil selama kami training. Projekt ini berawal di April 2013 berakhir September 2013.


Dengan bekal training selama projekt yg dinamakan "Still Bergauf" ini, saya memberanikan diri mengajak suami untuk hiking ke Unterseberg. Kebetulan hari yang kami pilih itu hari nasional Austria, tanggal 26 Oktober, di hari itu gratis menggunakan kereta gantung ke gunung ini. Hahaha, bener bisa naik kereta gantung kok ke gunung ini, gampang kan? Tapi bukan saya dong kalo naik kereta gantung mah, emangnya saya turis, wkwkkwk. *sombong, ngeyel*



antrian untuk menggunakan kereta gantung saat mau turun gunung, saking banyaknya orang, harus ngantri  udah dari luar


Terus terang hiking itu bukan sewaktu nanjaknya aja yg berat buat saya, tapi juga saat turun karena dengkul yg udah tidak muda lagi..hihihi.. Jadi seadainya saya udah ngga kuat untuk jalan turun, kan bisa pake kereta gantung gitu lho, hemat waktu, tenaga dan uang juga karena pas lagi gratis tuh..*ogah rugi*.



Persiapan untuk mendaki gunung ini ngga beda dengan pendakiaan2 sebelumnya. Outfit yg sesuai, bekel air  minum, buah2an (apel dan pisang) juga coklat serta muesli bars. Dari rumah kami pake mobil sampe ke parkiran stasiun kereta gantung Untersberg. Dari sini kami naik bis tujuan Glanegg. Turun dari bis masih jalan beberapa meter untuk mencapai start point pendakian ini.

Oh ya untuk mencapai puncak Untersberg yang memiliki 2 puncak yaitu Salzburger Hochtrohn (1853M) karena letaknya di bagian Salzburg (Austria) dan Berchtersgadener Hochtrohn (1973M) yang letaknya di Bechtesgaden (Bavaria, Jerman selatan) bisa dari Glanegg ini untuk tujuan puncak yg di Salzburg, atau dari Markt Schellenberg (Bavaria) untuk tujuan puncak yg di Berchtesgaden. Tentu aja kita bisa dari puncak yg di Salzburg lanjut hiking ke puncak yg di Berchtesgaden atau sebaliknya. Itu cuma masalah kondisi dan waktu yg kita punya juga soal organisasi aja.




Karena ini pendakian saya yg pertama ke gunung ini jadi Kita tentu aja pilih route yg "aman" dan relativ easy. Jadi cukup sampe puncak Salzburger Hochthron dan turun pake Seilbahn, istilah untuk kereta gantung, juga route yg kami ambil adalah Reitsteig bukan Dopplersteig yang katanya lebih serem karena sering lewatin jurang terjal.




Selama perjalanan pendakian ini kita banyak berada di dalam hutan, naikin tangga  seperti Foto diatas, ada juga bagian yg harus berpegangan dengan besi karena jurang terjal dibawah, tapi memang seperti yg dibilang di guide book atau di net, route ini emang easy, cuma harus punya stamina aja. Banyak sekali tangga yg harus dinaikin sampe ada tuh tulisan tangga ke 2000, ntah bener ntah ngga, yg jelas emang di hari itu  udah eneg rasanya liat tangga hahahha..
Hiking ke Untersberg ini, hiking terberat yg pernah saya jalani, mulai dari ketinggian yg harus saya tanjak, sekitar 1300m juga dari waktu yg saya butuhkan utk hiking. Biasanya saya hiking maksimal 8 jam udah termasuk turun gunung.

Pada saat mendekati Zepperzaunerhaus di ketinggian 1668M itu sebetulnya saya udah hampir ngga kuat, kami udah lebih dari 5 jam di perjalanan. Udah melebihi dari kemampuan saya untuk jalan menanjak. Dari Zeppezaunerhaus udah keliatan stasiun kereta gantung dan tanda salib yg berarti puncak sebuah gunung, yg tentu aja saya pikir itu puncak Untersberg. Ahh lega udah ngga jauh lagi, begitu pikir saya. Dengan sisa-sisa tenaga yg masih ada akhirnya kami sampai di Stasiun Seilbahn dan di depan mata saya puncak dgn tanda salib. Yes, saya berhasil tinggal berapa meter lagi. Kami berhenti sejenak di situ, kaki udah lemes ngga keruan, oklek2 serasa ngga ada tulangnya.

Setelah minum beberapa teguk, suami lalu bilang: "ayok Kita lanjut jalan ke puncak" sambil nunjuk ke arah ya lain. Saya jawab "what??, bukannya itu puncak yg di depan mata kita tuh?". "Bukan, itu mah Geiereck bukan Salzburger Hochthron", jawab dia. Reaksi saya apalagi kalo bukan "NO, NO, NO", saya udah ngga bisa dan ngga mau jalan ke puncak itu. Apalagi saya liat itu cuma tangga doang yg menuju ke puncak itu. Baaahhh udah eneg liat dan naikin tangga hari itu, no more tangga please..

Suami saya tentu aja ngga nyerah begitu aja. Keluar lah jurus rayuan dan logika dia. "sayang banget kalo udah sampe sini, kamu ngga sampe ke puncaknya, itu cuma nanjak sekitar 50m lagi kok, ngga jauh lagi dan kamu pasti bisa".

Setelah saya mulai tenang dan pake logika juga, bener juga ya kata dia, masa udah sampe sini ngga nyampe puncak. Akhirnya saya bilang: "ok, Kita lanjut ke puncak, tapi saya ngga mau lewat jalan yg bertangga2 itu, kita ambil jalan yg disampingnya". Memang jalan yg ngga pake tangga itu lebih terjal nanjaknya dan terutama licin karena dasarnya pasir, apalagi ternyata dibalik itu untuk nyampe puncak harus lewatin batu2 yg besar dan merayap-rayap sedikit. Tapi anehnya, rasa lelah dan Kaki yg lemes itu sementara hilang. Saya seperti punya tenaga baru, seperti batere kosong yg baru diisi penuh. Magis banget rasanya.



Begitu nyampe di puncak saya ngga bisa memendung perasaan. Campur aduk rasanya. Saya tumpahkan dengan tangisan yang cukup keras dan lama, suami memeluk saya. Tangisan terharu, tangisan bahagia. Ngga percaya rasanya saya bisa mencapai puncak gunung ini yang selama 13 thn cuma jadi mimpi saya. Disaat saya berjuang melawan kanker, disaat sebetulnya secara normal, kalimat "tidak mungkin" itu hal yg wajar, disaat masa-masa tidak mungkin itu justru saya bisa menaklukan gunung penuh mistery dan mitos ini...

Entah kekuatan dari mana yg menemani saya selama pendakian ini.. sampe sekarang buat saya masih sebuah misteri yang mungkin tidak akan pernah ada jawabannya. Biarlah.. tidak semua misteri harus punya jawaban. Untersberg buat saya masih tetep gunung yg penuh magis dan misteri... 


Selamat Hari Perempuan Dunia. YES, WE CAN!!

Salam dari Seekichen, 08.03.2017
Dian