Mittwoch, 5. April 2017

Selamat Datang Musim Semi 2017, My personal hiking season has begun 😍

 Yeeaaahh, yes..yess.. Yang dirindukan akhirnya tiba juga, musim favorit saya, musim semi 😁 !!!




Tahun ini saya berniat untuk lebih intensiv dan teratur melakukan kegiatan outdoor yg satu ini: HIKING, karena tahun lalu off sama sekali dikarenakan kesehatan saya.
Alhamdulillah minggu lalu saya sudah melalukan "opening" untuk hiking Season tahun ini dengan berjalan kaki mengelilingi danau Wallersee, sepanjang 17-18 km (sampe kaki lecet) dan hari berikutnya lanjut hiking ke Fageralm, menanjak ketinggian sekitar hampir 500m. Untuk kondisi saya ini adalah awal yg bagus memulai hiking season dengan yang relatif light dan easy. Kebetulan pula temperatur lumayan hangat bahkan sampe 20 derajat Celsius, dan jacket hampir ngga dipake sama sekali.


bunga Leberblümchen in Close-up yg banyak ditemukan dihutan





Dua hari lalu bahkan saya memberanikan diri untuk pertama kalinya hiking sendirian ke gunung Gaisberg (1265M). Untuk saya yang lama "istirahat" dari kegiatan outdoor ini, penanjakan 700M ke puncak Gaisberg merupakan yg terberat untuk awal hiking Season tahun ini. Ngga heran kalo saya butuh waktu 1 jam lebih lama dari perkiraan untuk sampai ke atas. Saya legaaaa banget dan seperti biasa kepenatan langsung hilang begitu nyampe di puncak. Pemandangan yg indah, cuaca hangat diatas dan ketenangan walau cukup banyak orang baik yg hiking, ber mountain Biking, Paragliding atau sekedar makan & minum di 2 restoran disana. Turunnya saya menggunakan bis kota, utk menghemat tenaga yg memang udah tinggal sedikit hahaha. Lain kali akan hiking kesana naik turun dengan jalan kaki deh..:-). My start was not bad lah..hehehe


bunga Leberblümchen

bunga Krokus

Highlights hiking dimusim semi buat saya adalah menikmati alam yang baru saja "bangun" dari tidur panjangnya. Melihat bunga2 liar yg mulai menunjukan kecantikannya juga mendengarkan kicauan burung, memberikan kebahagian dan sekaligus energi serta harapan baru buat saya. Mungkin suatu hal yg agak membingungkan karena disaat kita lelah karena jalan berjam-jam tapi selama dan setelah hiking selesai justru kita seperti punya tenaga dan gairah baru .

Sama halnya dengan olahraga jenis lain yg bikin bahagia setelahnya, tapi nilai tambahnya buat saya karena udara segar diluar juga mata yg dibuai dengan indahnya pemandangan, hidung dimanjakan dengan harumnya bunga atau kadang "aroma" yg kurang menyenangkan begitu lewat padang rumput yg lagi di kasih pupuk kandang.😠. Telinga kita juga dibuai dengan konser burung2 liar.. Ahh.. pokoknya hampir semua organ perasa kita distimulasi deh, asik kan? 😊 Apalagi biasanya saya duduk di restoran sekedar untuk ngopi, makan kue atau makan siang, tambah nikmat deh..hahaha

view sewaktu hiking ke Gn. Gaisberg, bikin kangen dan bahagia kl liat yg seperti ini..:-)

Mungkin ada temen-temen yg ingin memulai kegiatan outdoor ini, tapi ragu-ragu karena ngga tau harus memulainya bagaimana. Saya coba menuliskan point-point penting yg perlu diperhatikan untuk memulai hiking berdasarkan pengalaman saya sendiri dan juga hasil ngobrol dengan pemandu hiking saya.

#Kondisi kesehatan

Sama seperti olah raga apapun, sebelum memutuskan untuk melalukan satu jenis Sport ada baiknya kita check ke dokter dulu, idealnya ke dokter spesialis untuk Sport, kalo berdasarkan pemeriksaan dokter semua ok, lampu hijau udah ditangan, kita bisa memulai deh. Tapi kalo kita udah aktiv di olah raga lain, misal rutin jalan kaki, berenang, Jogging, dll tentunya kita bisa tau deh apakah kita sehat atau ngga, betul kan? Periksa ke dokter itu cuma optional aja.
Dan selalu dimulai dengan yg light dulu, jangan langsung pertama kali coba hiking dengan penanjakan 1000-2000 M misalnya. Lebih baik memulai dengan yg mudah untuk ngetest kondisi kita, karena kalo terlalu berat, buntutnya akan frustasi dan kapok, ngga mau hiking lagi, karena jauh diluar kemampuan Kita.



view kota Salzburg dari puncak Gn. Gaisberg (1365M)

#Outfit/Perlengkapan

Yang utama tentu aja SEPATU. Bisa minta tolong ahlinya di toko spesial untuk outdoor. Rata-rata mereka bisa memberikan rekomendasi sepatu apa yg kita perlukan, asal kita tau, kita bergerak di "medan" yg mana. Untuk pemula, jenis trekking shoes adalah pilihan yg tepat.
Saya juga termasuk orang yg kalo hiking selalu bawa TONGKAT hiking. Buat saya alat bantu yg tidak bisa dilupakan, baik pada saat mendaki atau turun gunung, sangat membantu mengurangi tenaga yg saya perlukan, selain itu  saya merasa lebih aman kalo hiking dengan tongkat. 
KAOS dan CELANA yg biasanya dipilih yg cepet kering, karena kaos yg basah bisa bikin masuk angin. Sebaiknya juga kalo trekkingnya jauh dan lama, bawa kaos ganti. Jacket juga sebaiknya selalu dibawa, soal jenisnya (ketebelannya), tergantung temperatur pada saat hiking. Disarankan untuk tidak memakai outfit yg terlalu tebel karena akan banyak menguras tenaga kl outift kita too warm.
Berikutnya RANSEL untuk keperluan membawa bekal dll. Bawa bekal juga secukupnya aja, semakin berat ransel, semakin banyak tenaga yg diperlukan. 

Untuk soal outfit ini memang sebaiknya memilih kwalitas yg baik, jangan terlalu pelit untuk investasi disini, karena biasanya harga sesuai dengan kwalitas dan kwalitas yg baik dalam hal ini membuat nyaman perjalanan hiking kita dan kemungkinan besar juga penting untuk keselamatan dan kesehatan selama melalukan kegiatan outdoor ini. Beda dengan outfit yg cuma untuk gaya-gaya an aja.

Salah satu yg menarik saat hiking yg dipandu oleh guide adalah nambahnya informasi terutama ttg tanaman edible juga ttg Flora dan Fauna serta gunung2 yg Kita liat dll. 


#Nunggu apa lagi, let's start!!

Kondisi kesehatan udah ok, perlengkapan juga udah siap, sekarang tinggal pelaksanaannya, ya kan?

Beberapa hal penting yg perlu diingat sebelum berangkat dan selama perjalanan:
*Cuaca: untungnya ramalan cuaca disini lebih sering tepat daripada melesetnya. Pilih dong cuaca yg cerah untuk hiking, ya ngga? siapa yg mau hujan2an dan kemungkinan disamber petir Saat lagi jalan, not fun at all hehehe
*Informasikan ke orang terdekat tujuan hiking kita dan perkiraan jam berapa hiking berakhir. Untuk jaga2 seandainya kita nyasar, atau terluka di jalan, supaya dia bisa mulai mencari/menghubungi kita dan mengorganisasi bantuan seandainya diperlukan.
*Ikuti petunjuk jalan: ini penting banget terutama untuk orang yg agak susah berorientasi seperti saya hahaha, jgn coba2 berinisiativ ambil jalan pintas atau path sendiri deh. Saya udah pernah ngalamin dan kesasar.. duuh deg2an minta ampun kesasar dihutan itu, apalagi kalo jalan sendirian. Ngga pengen deh terulang lagi..
*Jaga lingkungan: disetiap negara ada aturan perlindungan tanaman dan bunga-bunga liar, patuhi aturan yg berlaku, kalo pun ngga tau, jangan bawa pulang oleh2 hiking dengan Benda yg Kita ngga tau apakah ini boleh diambil atau ngga. Cukup bawa kenangan Foto atau pengalaman yg dijamin ngga ada yg bakal komplen. 

Contoh penunjuk jalan hiking di Austria
Kiri: papan penunjuk jalan dengan warna kuning (diseluruh Austria, sama model dan warnanya)
Kanan: didalam hutan hampir tidak ada papan warna kuning, jadi penggantinya pohon yg ditandai dgn merah putih merah, atu Cuma merah aja, sebagai penunjuk jalan. seandainya ngga ada pohon tanda akan digambarkan di batu.


indahnya view yg selalu ditemuin kalo hiking di Austria
menunggu yg sangat menyenangkan, menunggu lelah hilang dengan pemandangan seperti ini bikin ketagihan :-)




buat saya, pose wajib di puncak gunung yg selalu ditandai dengan salib

Tulisan ini sayangnya terselubungi kejadian yg menyedihkan karena akhir maret kemaren pemandu hiking kami mengalami musibah yg sangat tragis. Doa untuk kepulihan mu Inge, semoga kita bisa hking bersama lagi sepertu dulu. Amin.


Salam dari Seekirchen..
Dian

Mittwoch, 8. März 2017

Untersberg, Gunung penuh Mitos dan penaklukannya yang tidak kalah emosianal..

Untersberg dengan tingginya yang hampir 2000m akan selalu "mendampingi" kita selama berada di kota Salzburg dan sekitarnya. Saking besar dan tingginya juga karena letaknya yang strategis rasanya dimanapun kita berada di Salzburg, gunung ini selalu ada disekitar kita, selalu keliatan. Sampe-sampe kepengen banget rasanya untuk bisa mendaki gunung itu.

Hal tersebut tentu saja saya utarakan ke suami. Jawaban dia: "butuh stamina yg sangat bagus untuk bisa mendaki gunung Untersberg. Bukan mau meremehkan, tapi dengan kondisi stamina kamu spt saat ini, susah rasanya utk bisa mendaki ke gunung itu." Titik. Jleb. Sedih ya kalo harus berhadapan dengan realita yg ngga menyenangkan. Tapi mau bilang apalagi, emang bener semua ucapan dia sih.




Walau menyadari 100 persen kondisi saya yang waktu itu sama sekali ngga fit, boro2 untuk daki gunung setinggi itu, hiking yang gampang2 aja rasanya udah mau mati deh hahaha, inget awal-awal pengenalan hiking disini dengan suami dan mama mertua (yang umurnya waktu itu sudah 74 thn) selalu penuh "drama" karena saya ditengah jalan selalu ngambek, kecapean, udah ngga mau jalan lagi, persis seperti anak kecil, sementara mama mertua udah nungguin diatas dengan tidak sabar dan suami yg sepanjang jalan berusaha menenangkan dan memberi semangat supaya saya tidak nyerah.. hahahha, tapi tetep rasa penasaran dan keinginan untuk mendaki gunung yang menurut legenda banyak memiliki mitos ini, rasanya punya magis tersendiri buat saya, semakin melekat dan ngga mengendor sama sekali, bahkan dalam hati saya bilang: suatu hari saya pasti bisa mendaki gunung itu!!.


Waktu berlalu, tahun ke tahun lewat tanpa ada rencana pasti untuk hiking ke Untersberg. Ngga pernah diomongin lagi tuh soal ini, juga ngga ada Training khusus untuk memperbaiki ke fitnes-an saya. Ya, sekedar hiking ke tempat yg itu2 juga (favorit kami ke Fageralm sekitar 800-an meter tingginya karena restoran disana makanannya enak2 dan murah hahaha, juga gunung Gaisberg 1300an meter untuk yg "agak berat" sedikit karena Panorama kota Salzburg dari situ bagus banget)  dan frekwensinya sangat sedikit. Selain itu paling sekedar jalan kaki di sekitar rumah sampe paling jauh ke Maria Plain, dan saya kemana2 selalu pake sepeda, ditambah  latihan angkat beban di rumah. Udah itu aja. Jadi boleh dibilang, ngga usah ngimpi deh untuk hiking kesitu.


Zepperzaunerhaus (1668M) salah satu tempat istirahat enak setelah pendakian yg berat,
dijepret dari stasiun kereta gantung


Tetapi saya tetep ngikutin berita tentang gunung ini. Terutama kalo ada berita orang yg hilang sewaktu hiking disitu. Iya, hilang. Ngga ditemukan mayatnya, seperti hilang ditelen sama itu gunung. Udah beberapa kali kejadian seperti ini. Menurut info dari suami memang banyak gua di gunung ini, juga celah/lubang yang hampir ngga keliatan, jadi harus hati2 kalo jalan disitu. Bukannya tambah takut kesana, malah makin penasaran saya mah hahaha..
Tapi, udah lah gimana mau hiking kesitu, kalo ngga ada persiapan sama sekali, betul ngga?






Ehh dilalah saya sakit berat pula, kanker bo! payudara lagi! whuaahh punah deh impian untuk bisa hiking kesitu. Tahun 2012, tahun perjuangan melawan si kanker. Selama berjuang melawan penyakit di tahun itu, saya aktiv mengikuti pertemuan di organisasi Cancer Care, satu bulan sekali mereka bikin semacam Coffee Meeting, minum kopi, makan kue, sambil Workshop kecil2an  yg berhubungan dengan "hidup dengan kanker". Banyak manfaatnya selain itu juga kenalan dengan sesama temen senasib. Di pertemuan itu lah saya mengetahui bahwa hiking sangat dianjurkan untuk pasien/mantan pasien kanker, karena selain membangun stamina, hiking  juga banyak memberi pengaruh positiv ke kejiwaan pasien.


Singkat cerita, organisasi Cancer Care ini membuat projekt pendakian gunung untuk 8 penderita kanker payudara selama 6 bulan dengan tujuan akhir mendaki salah satu gunung di Salzburg yang punya ketinggian 3000 meter. Gilanya, saya ikut program ini!!! Edan, iya! Ngga masuk akal, iya! Pokoknya NEKAD lah judulnya! hahahaha.

Sebetulnya ngga nekad sih, karena projekt ini serius, didampingi oleh dokter ahli Sport, ahli Psikologi, profesional pemandu hiking. Jadi buat saya kesempatan emas banget, tujuan utama saya adalah hiking didampingi temen2 dan ahlinya. Itu aja. Ngga muluk2 untuk bisa mencapai gunung 3000 meter dalam waktu 6 bulan.


Puncak Geiereck (1805M) yang saya sangka itu puncaknya Untersberg..hiiihihi





Memang pada akhir projekt ini saya tidak bisa ikut mendaki ke ketinggian 3000m, kondisi saya di hari kedua pendakian final itu terlalu lemah dan membahayakan diri sendiri juga temen2 yg lain, karena saat pendakian di hari pertama saya 2x mengalami kram. Jadi diputuskan saya turun gunung bersama satu pembimbing, sementara yg lain lanjut ke puncak. Tapi waktu intensiv hiking setiap minggu bersama mereka selama 6 bulan lamanya memberikan kebahagian tersendiri, juga kepercayaan diri bahwa saya bisa mencapai puncak2 kecil selama kami training. Projekt ini berawal di April 2013 berakhir September 2013.


Dengan bekal training selama projekt yg dinamakan "Still Bergauf" ini, saya memberanikan diri mengajak suami untuk hiking ke Unterseberg. Kebetulan hari yang kami pilih itu hari nasional Austria, tanggal 26 Oktober, di hari itu gratis menggunakan kereta gantung ke gunung ini. Hahaha, bener bisa naik kereta gantung kok ke gunung ini, gampang kan? Tapi bukan saya dong kalo naik kereta gantung mah, emangnya saya turis, wkwkkwk. *sombong, ngeyel*



antrian untuk menggunakan kereta gantung saat mau turun gunung, saking banyaknya orang, harus ngantri  udah dari luar


Terus terang hiking itu bukan sewaktu nanjaknya aja yg berat buat saya, tapi juga saat turun karena dengkul yg udah tidak muda lagi..hihihi.. Jadi seadainya saya udah ngga kuat untuk jalan turun, kan bisa pake kereta gantung gitu lho, hemat waktu, tenaga dan uang juga karena pas lagi gratis tuh..*ogah rugi*.



Persiapan untuk mendaki gunung ini ngga beda dengan pendakiaan2 sebelumnya. Outfit yg sesuai, bekel air  minum, buah2an (apel dan pisang) juga coklat serta muesli bars. Dari rumah kami pake mobil sampe ke parkiran stasiun kereta gantung Untersberg. Dari sini kami naik bis tujuan Glanegg. Turun dari bis masih jalan beberapa meter untuk mencapai start point pendakian ini.

Oh ya untuk mencapai puncak Untersberg yang memiliki 2 puncak yaitu Salzburger Hochtrohn (1853M) karena letaknya di bagian Salzburg (Austria) dan Berchtersgadener Hochtrohn (1973M) yang letaknya di Bechtesgaden (Bavaria, Jerman selatan) bisa dari Glanegg ini untuk tujuan puncak yg di Salzburg, atau dari Markt Schellenberg (Bavaria) untuk tujuan puncak yg di Berchtesgaden. Tentu aja kita bisa dari puncak yg di Salzburg lanjut hiking ke puncak yg di Berchtesgaden atau sebaliknya. Itu cuma masalah kondisi dan waktu yg kita punya juga soal organisasi aja.




Karena ini pendakian saya yg pertama ke gunung ini jadi Kita tentu aja pilih route yg "aman" dan relativ easy. Jadi cukup sampe puncak Salzburger Hochthron dan turun pake Seilbahn, istilah untuk kereta gantung, juga route yg kami ambil adalah Reitsteig bukan Dopplersteig yang katanya lebih serem karena sering lewatin jurang terjal.




Selama perjalanan pendakian ini kita banyak berada di dalam hutan, naikin tangga  seperti Foto diatas, ada juga bagian yg harus berpegangan dengan besi karena jurang terjal dibawah, tapi memang seperti yg dibilang di guide book atau di net, route ini emang easy, cuma harus punya stamina aja. Banyak sekali tangga yg harus dinaikin sampe ada tuh tulisan tangga ke 2000, ntah bener ntah ngga, yg jelas emang di hari itu  udah eneg rasanya liat tangga hahahha..
Hiking ke Untersberg ini, hiking terberat yg pernah saya jalani, mulai dari ketinggian yg harus saya tanjak, sekitar 1300m juga dari waktu yg saya butuhkan utk hiking. Biasanya saya hiking maksimal 8 jam udah termasuk turun gunung.

Pada saat mendekati Zepperzaunerhaus di ketinggian 1668M itu sebetulnya saya udah hampir ngga kuat, kami udah lebih dari 5 jam di perjalanan. Udah melebihi dari kemampuan saya untuk jalan menanjak. Dari Zeppezaunerhaus udah keliatan stasiun kereta gantung dan tanda salib yg berarti puncak sebuah gunung, yg tentu aja saya pikir itu puncak Untersberg. Ahh lega udah ngga jauh lagi, begitu pikir saya. Dengan sisa-sisa tenaga yg masih ada akhirnya kami sampai di Stasiun Seilbahn dan di depan mata saya puncak dgn tanda salib. Yes, saya berhasil tinggal berapa meter lagi. Kami berhenti sejenak di situ, kaki udah lemes ngga keruan, oklek2 serasa ngga ada tulangnya.

Setelah minum beberapa teguk, suami lalu bilang: "ayok Kita lanjut jalan ke puncak" sambil nunjuk ke arah ya lain. Saya jawab "what??, bukannya itu puncak yg di depan mata kita tuh?". "Bukan, itu mah Geiereck bukan Salzburger Hochthron", jawab dia. Reaksi saya apalagi kalo bukan "NO, NO, NO", saya udah ngga bisa dan ngga mau jalan ke puncak itu. Apalagi saya liat itu cuma tangga doang yg menuju ke puncak itu. Baaahhh udah eneg liat dan naikin tangga hari itu, no more tangga please..

Suami saya tentu aja ngga nyerah begitu aja. Keluar lah jurus rayuan dan logika dia. "sayang banget kalo udah sampe sini, kamu ngga sampe ke puncaknya, itu cuma nanjak sekitar 50m lagi kok, ngga jauh lagi dan kamu pasti bisa".

Setelah saya mulai tenang dan pake logika juga, bener juga ya kata dia, masa udah sampe sini ngga nyampe puncak. Akhirnya saya bilang: "ok, Kita lanjut ke puncak, tapi saya ngga mau lewat jalan yg bertangga2 itu, kita ambil jalan yg disampingnya". Memang jalan yg ngga pake tangga itu lebih terjal nanjaknya dan terutama licin karena dasarnya pasir, apalagi ternyata dibalik itu untuk nyampe puncak harus lewatin batu2 yg besar dan merayap-rayap sedikit. Tapi anehnya, rasa lelah dan Kaki yg lemes itu sementara hilang. Saya seperti punya tenaga baru, seperti batere kosong yg baru diisi penuh. Magis banget rasanya.



Begitu nyampe di puncak saya ngga bisa memendung perasaan. Campur aduk rasanya. Saya tumpahkan dengan tangisan yang cukup keras dan lama, suami memeluk saya. Tangisan terharu, tangisan bahagia. Ngga percaya rasanya saya bisa mencapai puncak gunung ini yang selama 13 thn cuma jadi mimpi saya. Disaat saya berjuang melawan kanker, disaat sebetulnya secara normal, kalimat "tidak mungkin" itu hal yg wajar, disaat masa-masa tidak mungkin itu justru saya bisa menaklukan gunung penuh mistery dan mitos ini...

Entah kekuatan dari mana yg menemani saya selama pendakian ini.. sampe sekarang buat saya masih sebuah misteri yang mungkin tidak akan pernah ada jawabannya. Biarlah.. tidak semua misteri harus punya jawaban. Untersberg buat saya masih tetep gunung yg penuh magis dan misteri... 


Selamat Hari Perempuan Dunia. YES, WE CAN!!

Salam dari Seekichen, 08.03.2017
Dian

Samstag, 18. Februar 2017

Veggie Banana Chocolate Bread


Weekend gini enaknya posting resep ya, kebetulan juga udah lama ngga nulis resep di blog.
Saya mau berbagi resep bread andalan nih, hasil utak atik beberapa resep yang beredar di net, sampe nemuin yang pas. Ngga terlalu manis, lembut, nyoklat banget, tapi juga ada sentuhan sayurannya. Bisa dikonsumsi saat sarapan untuk yang suka sarapan ala Amerika, atau seperti kami peciinta afternoon cafe cocok banget deh untuk temen ngopi sore.



Bahan yang dibutuhkan untuk 1 loyang roti seperti foto diatas:


1,5 cup tepung serbaguna
2 cup Zucchini atau wortel parut Yang sudah di peres airnya
2 butir telur ukuran L atau 3 ukuran M
1/2 cup minyak cannola
1/2 cup coklat bubuk yg dark
2 buah pisang yang mateng, hancurkan
1/2 cup gula berbutir halus
1/2 sdt baking powder
1 sdt baking Soda
1/2 sdt bubuk kayumanis
sejumput garam
1 sdt vanila ekstrak
50 g dark chocolate cincang
50 g kacang sesuai pilihan (almond, atau mete) cincang


Cara membuat:
1. Lapisin loyang dengan kertas roti, oles dengan sedikit minyak, sisihkan
2. Di wadah ukuran sedang, campur rata coklat bubuk, tepung, baking Soda, baking powder, garam dan kayu manis bubuk. Sisihkan.
3. Di wadah Yang cukup besar, campur minyak, vanila, gula. aduk rata menggunakan whisk. Lalu masukan telur satu persatu, sambil di aduk terus. Setelah rata tambahkan pisang dan zucchini/wortel. Aduk sampai semua tercampur rata.
4. Masukkan campuran tepung ke dalam adonan no.3. Aduk rata. Tambahkan coklat dan kacang cincang.
5. Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan. Panggang di oven yg telah dipanaskan sebelumnya. Test tusuk, kl udah kering, keluarkan dari oven.
6. Biarkan dingin. Potong dan sajikan. Simpan diwadah yg tertutup.








Selamat mencoba dan semoga weekend kalian menyenangkan.
Salam dari Seekirchen, Salzburg.

Dian

Mittwoch, 15. Februar 2017

Menikmati musim dingin di Postalm

😁





Saya: "Inge, hiking di Postalm tanggal 09 Februari, berat ngga?"
Inge: "ngga Dian, cuma sekitar 2,5jam, light hiking, ngga nanjak tinggi, yang penting kita bergerak aja dan menikmati cuaca cerah diatas sana".
Saya: "ok, kalau begitu saya hadir",
Inge: "sip, mudah2an cuaca cerah ya, karena kalo cuaca jelek percuma kesana".
Saya: "Amin. Menurut ramalan cuaca sih bakal bagus, hehe, udah ngga sabar pengen ketemu kamu lagi, udah lama kita ngga ketemu ya".


Saya excited sekali tentang hiking kali ini, padahal belum pernah ke daerah itu tapi jadi semakin penasaran. Setelah operasi tahun lalu yg cukup menyita kondisi saya, belum pernah lagi melakukan hiking, jadi saya agak khawatir apa cukup kuat untuk memulai hiking lagi terutama kalo nanjaknya terlalu tinggi dan rute hiking terlalu panjang. Untungnya Inge kenal baik kondisi saya karena tahun2 sebelumnya cukup sering hiking bersama dia, jadi kalo dia bilang ngga berat, itu berarti cocok dengan kondisi "kefitnesan" saya hihiihi, pemula gitu lho..:-)







Saya cerita sedikit tentang area Postalm ini ya.

Postalm dengan luas 42 km persegi, termasuk mountain pastures terbesar di Austria dan nomer 2  high plateau terbesar di Eropa, letaknya di kommune Strobl, provinsi Salzburg,  di ketinggian 1300-an meter a.s.l. Sekitar 30 menit driving dari kota Salzburg.


Di musim dingin digunakan sebagai arena bermain ski, cross country skiing, snow-rackets hiking atau hiking dengan winter boots biasa di jalan yang selalu dibersihkan dari salju tebal.  

Tapi Postalm ini salah satu pasture yg digemari turis lokal dan manca negara di setiap musimnya. Di musim panas para mountain biker bisa menikmati area yg luas ini. Saking luasnya bahkan untuk hiking juga banyak sekali jenisnya, dari route yg sangat pendek sekitar 5 km dan cuma nanjak 100 m sampe yg berkilo-kilo meter dengan penanjakan sampai 1000m. Tinggal disesuaikan dengan kondisi kefitnesan masing-masing orang saja.
 




awal hiking, masih ketutup salju nih




Untuk masuk ke area Postalm harus bayar toll, iya toll, ngga salah baca kok..heheh. Kalau masuk dari Abtenau tiap mobil dikenakan biaya 8€, sedangkan kalau masuk dari arah Strobl malah kena 8€ per orang. Jadi mesti diinget-inget kalau mau jalan-jalan kesini harus masuk dari arah Abtenau, jangan dari Strobl, rugi ya. Entah alasan apa kenapa mereka bikin tarif yang berbeda.







 ketemu turis dari Jerman, langsung deh minta bikin photo, supaya ada foto group komplit nih hehe





Untuk hiking yang di organisasi oleh Inge ini, kami memakai 2 mobil berangkat dari Salzburg dengan 5 orang peserta. Sampai di Abtenau sudah menunggu Mathilda dan Ilke yang memang tinggal disitu, jadi kami berganti mobil menggunakan mobil mereka, total semua peserta ada 7: Inge, saya, Mathilda (ternyata kami sudah pernah 1x hiking bersama juga), Maria (baru kenal disitu dan ternyata rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya), Ilke, Monika dan Gabi.


Hiking dengan Inge ini menarik karena dia tau banget wilayah Salzburg dan membuat spesialisasi hiking khusus untuk perempuan. Dan tiap kali hiking selalu kenalan dengan orang baru, jadi Network juga tambah luas.


Balik lagi ke perjalanan ke Postalm ya. Setelah sampai di Abtenau, tepatnya di Voglau, perjalanan masih butuh beberapa menit untuk sampai ke Postalm, jalannya berliku2 tipikal jalan di pegunungan dengan pemandangan yang bener-bener menakjubkan.





winter wonderland, seperti di kartu pos

Di beberapa bagian jalan masih ada yg berlapis salju dan licin, harus hati-hati sekali mengendarai mobil kesini. Dalam hati saya bersyukur cuma jadi penumpang doang hahaha.
Kami memarkir mobil di bagian parkiran yg terakhir, artinya setelah parkiran ini ngga ada lagi satu mobilpun yg boleh melalui jalan keatas, kecuali tentunya mobil pembersih salju.
Diputuskan oleh Inge dan Mathilda yg kali ini jadi guide kami, karena dia juga orang lokal yang bekerja part time jadi guide hiking untuk Tourist di Postalm ini, bisa dibayangin kan, dia kenal setiap sudut lokasi ini, untuk mengambil route nomer 2, route singkat plus ringan, dan seandainya waktu juga tenaga masih ada bisa diperpanjang hiking ini, fleksibel lah intinya. 

berhubung bukan weekend jadi yang hiking cukup sedikit


Yah, seperti bisa diliat di foto-foto ini, ngga ada satu sudutpun yg kami lewati, yg tidak fotogenik, sampai rasanya susah untuk melanjutkan jalan, karena sibuk jepret-jepret hehe.
Hangatnya sinar matahari juga membuat mood jadi tambah ok banget. Berkali- kali terucap kalimat yg cuma mengambarkan keindahan alam ini, bahkan peserta lain pun yg notabene orang asli Salzburg masih tercengang-cengang, apalagi saya yg orang asing.

jalan ke arah Panorama danau Wolfgangsee

luaaasss... putih salju dan langit biru mendominasi warna hari itu


Cuma satu yg disayangkan dalam hiking ini, Panorama ke arah danau Wolfgangsee ketutup kabut, ngga keliatan danaunya Cuma gunung Schafberg aja yg keliatan menjulang diatas kabut..




Berghütte
 


Berghütte (foto dari deket) yg berfungsi sebagai restorant, yg ini cuma buka kalo Weekend aja


pohon-pohon yg diselimutin salju atau embun yg mengkristal

pemandangan gunung Schafberg yg menjulang putih itu dikejauhan


Seperti kebiasaan orang sini kalo hiking selalu di tutup dengan makan & minum di Berghütte, istilah untuk restorant di pegunungan yang tentunya di design dan pernak-perniknya khas dan kental dengan yg berbau tradisional, tentu saja begitu juga makanan dan minuman yg ditawarkan.
Setelah ketemu dengan Hütte yg pertama ternyata terasnya penuh, kami lanjut jalan menuju Hütte yg berikutnya, untung masih dapet tempat di teras yg kena sinar matahari. Saat makan dan minum ini lah biasanya kami mereview perjalanan hari ini dan membicarakan rencana hiking yang berikutnya, juga tuker-tukeran nomer telpon atau email, kadang juga resep masakan hehehe.. pokoknya nice deh kalo ketemu dengan orang yang punya hobi sama: nature..



Salah satu Berghütte Yang buka dihari biasa


Selesai makan minum, puas mandi matahari juga sudah, badan  seger setelah bergerak di udara yg bersih, nice chit Chat ala cewek, pokoknya hari yg sempurna banget... 
Sebetulnya berat ninggalin tempat indah seperti ini, tapi akan ada tempat-tempat menarik  lain yg nunggu untuk di nikmati, iya ngga?

meja makan kami di teras Stroblhütte





Terima kasih atas kunjungannya..
Salam dari Seekirchen, Salzburg
Dian

Samstag, 14. Januar 2017

Super cold, super snow di awal 2017



😆😆
danau Wallersee yang ketutup es dan salju

Musim dingin identik dengan  salju  dan temperatur yang bikin mengigil sebetulnya untuk yang tinggal di Austria sudah bukan hal yang baru atau spesial. Tapi entah karena global warning atau alasan lain, wilayah yang letaknya dibawah 1000m a.s.l sekarang ini di Austria, hujan salju dan temperatur super rendah bukan hal yg otomatis lagi, at least 17 thn terakhir selama saya tinggal disini, kebetulan saya tinggal di kota yg letaknya cuma 550m a.s.l. 



 bangku di pinggir danau
Jadi saya semakin excited begitu liat ramalan cuaca di awal bulan Januari ini.. yuhuu.. salju.. temperatur sampe minus 19C, brrr..brrrr..Saya ngga bisa bayangin tentu aja gimana rasanya temperatur serendah itu, belum pernah ngalamin sih hehehe..

Dan memang ramalan cuaca disini seringnya tepat, mulai tanggal 4 Januari, salju turun cukup banyak, bahkan tanggal 5 Januari saya jalan kaki ke kampung sebelah yang jaraknya sekitar 8km disaat hujan salju. Tentang jalan kaki ini akan saya ceritakan di post terpisah.





gulungan jerami, iya di kota kecil tempat saya tinggal masih ada beberapa petani sapi perah dan jerami ini sumber makanan meaeka selama winter






Tentunya yang pengen saya rasain ya gimana  berada di luar rumah dalam temperatur dibawah minus 6C, karena siang hari   yg saya alami selama musim dingin disini, jarang sekali lebih rendah dari itu.
Pas tanggal merah 6 Januari, cuaca cerah dan temperatur siang hari mencapai minus 9C, yang saya tunggu akhrinya dateng juga hahaha..








route favorite kalo jalan Kaki keliling kampung hehehe


Setelah sarapan yang cukup telat hehehe, udah siang baru selesai, saya keluar rumah untuk jalan kaki keliling kota Seekirchen yg kecil ini. Dari rumah lewatin stasiun kereta, ke arah danau Wallersee, berhenti sejenak disana, saya liat karena ada Team water rescue lagi latihan di danau. Sayangnya pas saya sampai danau mereka selesai latihan. Air di danau memang sudah membeku tapi masih tipis lapisan esnya jadi belum boleh untuk diinjak atau untuk aktivitas yang lain seperti ice skating.


tempat parkir boat dengan" boat house" nya
Dari danau lalu jalan menuju boat house, salah satu spot favorite untuk motiv foto saya..hehehe, ternyata jalan kesini dengan salju yg tebel agak susah hahaha, keliatan kalo saya orang pertama di hari itu yang jalan kesini, ngga ada jejak kaki lain..hehehe 





padang rumput yg jadi padang salju

Dari boat house route yang saya ambil untuk menuju ke arah balik pulang  adalah route khusus pejalan kaki/pengendara sepeda.  Terus terang saya kurang suka jalan Kaki kalo route berangkat dan pulangnya sama hahaha, jd selalu milih route "lingkaran".
Matahari yang sudah mulai rendah posisinya membuat suasana jadi agak gimana gitu, cahayanya bagus banget, kalo back light gitu seperti Foto diatas.






sungai Fischach Yang bermuara ke danau Wallersee


Spot diatas adalah foto terakhir Yang saya jepret dari jalan mengelilingi kampung hari itu. Total sekitar 5,5km jalan hari itu dan kesimpulannya ternyata jalan di minus 9 dengan cuaca cerah dan tanpa angin itu menyenangkan, ngga berasa lebih dingin dibanding minus 6 kok. Udah ngga penasaran sekarang gimana rasanya berada di luar di minus 9C hehehe..

Sampai ketemu lagi di cerita yg lain..
Salam dari Seekirchen, Salzburg.